ABIDJAN, KOMPAS.com - Sedikitnya 210 orang tewas di Pantai Gading sejak konflik dalam pemilihan presiden memuncak pada pertengahan Desember, kata misi PBB di negara Afrika barat yang dilanda krisis itu, Kamis (6/1/2011).
Sebanyak 31 orang tewas sejak jumlah korban terakhir diumumkan oleh Misi PBB di Pantai Gading (UNOCI) pada 30 Desember, kata juru bicara hak asasi manusia misi itu, Simon Munzu, kepada wartawan, sehingga jumlah kematian mencapai 210.
Jumlah itu mencakup mereka yang tewas selama krisis antara para pendukung Presiden Laurent Gbagbo dan calon yang kata dunia menang dalam pemilihan presiden 28 November, Alassane Ouattara, serta kerusuhan etnik di wilayah barat negara itu.
Munzu mengatakan, 14 orang tewas dalam bentrokan-bentrokan etnik kota bagian barat, Duekoue, sejak awal pekan ini.
Ia menambahkan, bentrokan antara anggota kelompok-kelompok etnik Guere dan Malinke di kota sekitar 500 kilometer sebelah barat ibukota komersial Abidjan terjadi setelah kematian seorang wanita selama perampokan.
Munzu menolak menyebutkan kaitan langsung peristiwa itu dengan krisis pemilihan presiden di Abidjan namun mengatakan, "Kami merasa apa yang terjadi di Duekoue merupakan cerminan dari kecenderungan ke arah ketegangan dan kekerasan antar-masyarakat."
Jumlah kematian itu mencakup mereka yang tewas sejak pasukan yang setia pada Gbagbo menembak mati sejumlah pendukung Ouattara yang berpawai pada 16 Desember.
Ouattara tetap dikepung di markas sementara kampnya di sebuah kawasan hotel di Abidjan meski upaya penengahan regional dilakukan untuk mengakhiri ketegangan mematikan itu.
Beberapa ahli HAM PBB mengatakan pekan lalu, mereka khawatir laporan kerusuhan luas pasca pemilu di Pantai Gading akan menjadi kejahatan atas kemanusiaan.
PBB menyatakan, mereka telah dihalangi melakukan penyelidikan penuh atas kejahatan-kejahatan yang dituduhkan, termasuk laporan mengenai kuburan massal.
Sebanyak 31 orang tewas sejak jumlah korban terakhir diumumkan oleh Misi PBB di Pantai Gading (UNOCI) pada 30 Desember, kata juru bicara hak asasi manusia misi itu, Simon Munzu, kepada wartawan, sehingga jumlah kematian mencapai 210.
Jumlah itu mencakup mereka yang tewas selama krisis antara para pendukung Presiden Laurent Gbagbo dan calon yang kata dunia menang dalam pemilihan presiden 28 November, Alassane Ouattara, serta kerusuhan etnik di wilayah barat negara itu.
Munzu mengatakan, 14 orang tewas dalam bentrokan-bentrokan etnik kota bagian barat, Duekoue, sejak awal pekan ini.
Ia menambahkan, bentrokan antara anggota kelompok-kelompok etnik Guere dan Malinke di kota sekitar 500 kilometer sebelah barat ibukota komersial Abidjan terjadi setelah kematian seorang wanita selama perampokan.
Munzu menolak menyebutkan kaitan langsung peristiwa itu dengan krisis pemilihan presiden di Abidjan namun mengatakan, "Kami merasa apa yang terjadi di Duekoue merupakan cerminan dari kecenderungan ke arah ketegangan dan kekerasan antar-masyarakat."
Jumlah kematian itu mencakup mereka yang tewas sejak pasukan yang setia pada Gbagbo menembak mati sejumlah pendukung Ouattara yang berpawai pada 16 Desember.
Ouattara tetap dikepung di markas sementara kampnya di sebuah kawasan hotel di Abidjan meski upaya penengahan regional dilakukan untuk mengakhiri ketegangan mematikan itu.
Beberapa ahli HAM PBB mengatakan pekan lalu, mereka khawatir laporan kerusuhan luas pasca pemilu di Pantai Gading akan menjadi kejahatan atas kemanusiaan.
PBB menyatakan, mereka telah dihalangi melakukan penyelidikan penuh atas kejahatan-kejahatan yang dituduhkan, termasuk laporan mengenai kuburan massal.
0 komentar:
Posting Komentar